Mengintip Kapal Cumi-Cumi di Pulau Langkai

Jika biasanya nelayan pulang petang setelah mencari ikan di laut, beda halnya dengan nelayan cumi-cumi di Pulau Langkai, Kepulauan Spermonde, Sulawesi. Petang adalah waktunya mereka turun dan menyiapkan alat tempur untuk berburu cumi-cumi. Kapal kayu tradisional dilengkapi pancing cumi siap beraksi malam itu, yang menarik dari kapal tersebut adalah sejumlah lampu pijar yang berjejer di kiri kanan kapal telah dinyalakan sejak sore tampak seperti restoran terapung di tepi laut. Tampak pula bendera merah putih berkibar menandakan nasionalisme dan identitas Si Nelayan.

Kapal untuk menangkap cumi-cumi

"Kenapa harus pakai lampu pak? kenapa memancing di malam hari?" itu pertanyaan yang saya lontarkan saat berbincang dengan nelayan cumi. "Begini bu, karena ikan cumi banyaknya di malam hari," sang nelayang menjelaskan dengan logat Bugis yang sangat kental. Kenapa pula memanggil saya dengan sebutan "Bu", apa saya terlihat sudah tua? Kebanyakan nelayan di sana berasal dari daratan Sulawesi, menetap sampai beranak pinak. Malam itu menjadi suatu malam pengharapan semoga hasil pancingan malam ini sesuai dengan harapan.

Tak lama dari kejadian itu salah satu mata kuliah di kampus menjelaskan mengenai perilaku cumi-cumi yang bergerak mendekati cahaya atau fototaksis positif, itu sebabnya lampu-lampu yang dipasang di kapal berfungsi untuk menarik perhatian mereka. Nelayan tidak melakukan penangkapan cumi pada saat bulan purnama karena cumi-cumi lebih tertarik pada cahaya bulan yang lebih terang. Metode penangkapan ini disebut dengan Light Fishing. Saat itu saya mengerti nelayan tidak belajar di bangku kuliah untuk bisa menerapkan Light Fishing, tetapi mereka belajar dari pengalaman secara turun temurun.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Caulerpa, Si Anggur Laut (Sea Grape)

30 Hari di Deutschland

How I Told My Foreign Friends about My Hijab